Semut Sang Pejuang - Yusep Kurniawan

Breaking

Friday, November 5, 2021

Semut Sang Pejuang


Matahari mulai meredup. Barisan semut mulai bersiap berjuang mempertahankan hidup dan komunitasnya. Ceceran gulali masih berserakan di meja makan. Para semut riang gembira menyambut pesta gulali. Kapten semut menyiapkan barisan. Semua pasukan semut bersiap berangkat menyerbu gulali.

 

"Langkah tegak maju, jalan!" Seru Kapten Semut mengarahkan pasukannya.

 

Satu persatu semut berjalan maju menuju pusat gulali. Pasukan Semut berjalan berbaris rapi layak pasukan militer.

 

"Kapten, kita akan serbu gulali dengan seribu pasukan. Apakah cukup?" Seru Ko Kapten.

 

Dengan tegas Kapten mengangkat tangan dan mengacungkan jempol. Pertanda Kapten memercayai bahwa dengan seribu pasukannya sangat cukup untuk menyerbu gulali. Pasukan semut berjalan menempuh waktu kurang lebih satu jam untuk sampai di lokasi gulali berada. Perjalanan para semut menempuh rute yang cukup sulit dilewati. Kekompakan, kerjasama, dan gotong royong para semut membuat perjalanan yang sulit menjadi mudah. Semut yang mengalami cedera saat perjalanan pun ditandu rekan semut lainnya.

 

"Pasukan! Berhentiiiiii gerak!" di tengah perjalanan Sang Kapten menghentikan pasukannya.

 

"Ada apa kapten?" seru Ko Kapten.

 

Kapten menjelaskan pada Ko Kapten dan para pasukan bahwa di depan ada ranjau kapur bagus yang sangat berbahaya. Jika para pasukan melewatinya maka berakhir sudah hidup mereka. Akhirnya Kapten membuat jalur alternatif. Jalur yang cukup terjal dan curam. Tidak sedikit semut yang berjatuhan dan gugur di perjalanan. Semut yang gugur pun tetap ditandu oleh pasukan lainnya.

 

“Kapten, sepertinya jalur alternatif ini terlalu berat untuk dilewati. Lihatlah, di depan sudah terlihat genangan air,” ucap Ko Kapten mengingatkan.

 

“Baiklah, kita istirahat sejenak di sini.”

 

“Pasukan! Berhenti graak!”

 

Sambil beristirahat, Kapten mengajak pasukan semut untuk bermusyawarah. Memutuskan untuk tetap melewati jalur alternatif atau memutar arah. Namun jika memutar arah, ranjau kapur bagus sudah siap menghadang mereka.

 

“Kita akan kehabisan banyak waktu jika harus memutar arah, Kapten!” seru semut temperamen.

 

“Tapi, kalau kita tetap melanjutkan perjalanan lewat jalur aternatif ini, sudah ada genangan air yang terlihat di depan mata, kita tidak akan sanggup berenang sampai ke ujung,” ucap Ko Kapten.

 

Genangan air itu adalah teras rumah yang dipenuhi air hujan. Sementara untuk sampai ke meja makan mereka harus melewati teras rumah samping, lalu memotong jalur melalui jendela samping kemudian baru mereka bisa sampai di tempat tujuan.

 

“Baiklah, aku punya ide cemerlang.” Sang Kapten mengulas senyum di bibirnya.

***

 

Setelah sang Kapten menyampaikan idenya, seluruh pasukan semut bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Mereka terlihat bersemangat sekali untuk dapat segera sampai di meja makan dan membawa gulali pulang ke sarang mereka.

 

“Hati-hati! Karena kita berjalan di dinding, kalian harus berhati-hati menjaga keseimbangan agar tidak jatuh ke genangan air itu!” Seru Kapten mengingatkan.

 

Satu per satu pasukan semut berjatuhan karena tidak kuat menahan angin yang begitu kencang. Ditambah lagi karena mereka harus membawa pasukan lain yang berguguran di tengah perjalanan. Semua dilakukan dengan semangat gotong royong dan kerjasama. Sang Kapten memimpin dengan baik, jika menemui lubang di tengah perjalanan, sang Kapten akan memberi aba-aba kepada pasukan untuk berbelok arah. Jalanan menanjak, menurun, banyak lubang di sana sini, serta terjangan angin tak menyurutkan niat mereka untuk segera sampai di meja makan untuk mengambil gulali.

Setelah sekian lama menempuh perjalanan yang menantang, akhirnya pasukan semut tiba di meja makan. Serta merta mereka menyerbu gulali yang berceceran di sana. Mereka bergotong royong membawa gulali tersebut. Meskipun banyak halangan dan rintangan namun kerjasama yang baik dapat membawa mereka pada tujuan yang ingin dicapai yaitu pesta gulali. Mereka kini harus menempuh perjalanan pulang dengan rute yang sama seperti rute berangkat tadi.

 

“Stop!” tiba-tiba sang Kapten menghentikan pasukan.

 

“Ada apa Kapten? Apakah ada jalan berlubang lagi di depan?” tanya ko Kapten.

 

“Lihat di bawah, ada teman kita yang membutuhkan pertolongan!” sang Kapten menunjuk ke arah semut kecil berada. Semut kecil tersebut terlihat sedang berenang menuju dinding.

 

“Kita akan bantu teman kita untuk dapat sampai ke jalan ini!”

 

“Siap Kapten!” seru seluruh pasukan semut dengan lantang.

 

Mereka segera menuju tempat semut kecil itu berada. Mereka bahu membahu mengulurkan tangan untuk menolong semut kecil agar dia dapat menjangkau permukaan dinding untuk mendarat. Tak sedikit pun mereka mengeluh atau meninggalkan teman mereka.

 

“Satu, dua, tiga!” Kapten memberi aba-aba kepada para pasukan untuk mengerahkan tenaga mereka saat menarik semut kecil yang berusaha naik ke permukaan dinding dengan bersusah payah.

 

“Satu, dua, tiga!”

 

“Horree!” teriak semua pasukan semut saat mereka berhasil menarik semut kecil untuk sampai ke permukaan dinding.

 

“Terimakasih Kapten, berkat pertolongan Kapten dan semua teman-teman, aku bisa selamat.”

 

“Mari kita lanjutkan perjalanan ke sarang kita! Tetap semangat ya guys!” Kapten mengobarkan semangat bagi para pasukannya.

***

 

Perjalanan pulang yang harus mereka tempuh tidak sampai satu jam karena sudah hafal jalan untuk pulang ke sarang. Sesampainya di sarang, mereka menurunkan gulali yang mereka bawa. Pun dengan pasukan-pasukan yang berguguran di perjalanan tadi, mereka diturunkan dari tandu dan kemudian dikuburkan secara massal. Seusai menguburkan pasukan-pasukan yang gugur tadi, seluruh pasukan semut memulai pesta makan gulali bersama-sama di sarang mereka.

 

“Mari makan! Ini untuk kerja keras kita guys…” seru Kapten sambil mengangkat tongkat komandonya.


Yusep Kurniawan

Banyumas, 5 November 2021


2 comments:

  1. Weee laaa daa laaa,,,rame pisan critane iki ,,,ketika semut makan berpesta pora,,,ada yg baca doa ngga yaa,,,ky kita kita kalau mo makan mesti baca doa dulu,,,hehe (mazale)

    ReplyDelete