Prinsip PM terdiri atas berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Prinsip-prinsip PM akan mampu memuliakan guru, siswa, dan pemangku kepentingan pendidikan lain serta memberikan pengalaman belajar memahami, mengaplikasi, dan merefleksi.
Guru memberikan kesempatan peserta didik mendapatkan pengalaman belajar untuk proses perolehan pemahaman, mengaplikasi dalam berbagai konteks, serta merefleksikan PM. Komponen kerangka pembelajaran terdiri atas praktik pedagogis, lingkungan pembelajaran, kemitraan pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi digital.
I. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Mendalam
Terdapat tiga
prinsip utama yang menjadi landasan pendekatan Pembelajaran Mendalam,
yaitu:
1. Berkesadaran
(Mindful)
- Makna ilmiah: Merujuk pada kesadaran penuh atas proses belajar yang sedang terjadi. Dalam konteks psikologi pendidikan, mindfulness membantu siswa dan guru untuk hadir sepenuhnya dalam proses belajar, meningkatkan fokus, mengurangi stres, serta mendorong keterlibatan emosional dan kognitif yang sehat.
- Implikasi dalam pembelajaran:
- Guru menciptakan ruang aman emosional dan
sosial.
- Siswa menyadari apa yang mereka pelajari,
mengapa penting, dan bagaimana mereka belajar.
- Memberi ruang bagi refleksi diri dan empati dalam pembelajaran.
2. Bermakna
(Meaningful)
- Makna ilmiah: Pembelajaran bermakna mengacu pada teori
David Ausubel tentang meaningful learning, yaitu ketika informasi
baru dihubungkan secara substantif dengan pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya.
- Implikasi dalam pembelajaran:
- Materi dikaitkan dengan konteks nyata dan
relevan bagi kehidupan siswa.
- Mendorong pemahaman mendalam, bukan
sekadar hafalan.
- Fokus pada transfer pengetahuan ke
situasi baru.
3. Menggembirakan
(Joyful)
- Makna ilmiah: Berdasarkan teori psikologi positif dan
neurosains, suasana belajar yang menyenangkan meningkatkan hormon dopamin
yang memperkuat motivasi dan daya ingat.
- Implikasi dalam pembelajaran:
- Suasana belajar dibangun dengan interaksi
positif dan penuh semangat.
- Aktivitas belajar dikemas secara kreatif
dan menyenangkan.
- Memupuk rasa ingin tahu dan semangat
eksplorasi peserta didik.
Ketiga prinsip ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling memperkuat. Bila diterapkan secara sinergis, mereka memuliakan seluruh ekosistem pendidikan (guru, siswa, orang tua, dan pemangku kepentingan lain) dengan menciptakan pembelajaran yang menghargai potensi manusia, bukan sekadar mengejar capaian kognitif.
II. Tujuan
Pengalaman Belajar dalam PM
Prinsip-prinsip di
atas menjadi dasar bagi guru untuk merancang pengalaman belajar yang meliputi:
1. Memahami
(Understanding)
- Siswa tidak hanya menghafal informasi,
tetapi mampu membangun pemahaman konsep-konsep inti secara mendalam.
- Strategi: inkuiri, diskusi makna,
elaborasi antarmateri.
2. Mengaplikasikan
(Applying)
- Siswa diberikan tantangan nyata untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai konteks.
- Strategi: pembelajaran berbasis masalah
(PBL), proyek (PjBL), atau simulasi.
3. Merefleksikan
(Reflecting)
- Siswa diberi ruang untuk berpikir ulang
atas pengalaman belajarnya, mengevaluasi proses dan hasil belajar, serta
menumbuhkan kesadaran diri (self-awareness).
- Strategi: jurnal refleksi, diskusi reflektif, dan asesmen formatif.
III. Komponen
Kerangka Pembelajaran Mendalam
Pendekatan
Pembelajaran Mendalam ditopang oleh empat komponen utama berikut:
1. Praktik
Pedagogis
- Merujuk pada pendekatan, strategi, dan
metode mengajar yang berpusat pada peserta didik.
- Ciri: dialogis, inkuiri, kolaboratif,
diferensiatif, dan transformatif.
- Berlandaskan prinsip pedagogi kritis dan
konstruktivisme sosial.
2. Lingkungan
Pembelajaran
- Mencakup suasana fisik, emosional, dan
sosial di dalam kelas.
- Harus aman, terbuka, mendukung interaksi
positif, dan inklusif.
- Didesain untuk mendukung eksplorasi,
ekspresi ide, dan keberagaman gaya belajar.
3. Kemitraan
Pembelajaran
- Melibatkan kolaborasi antara guru, siswa,
orang tua, komunitas, dan dunia usaha.
- Tujuan: memperluas konteks belajar ke luar
ruang kelas, memperkuat relevansi dan keterlibatan.
- Bentuk: magang, pembelajaran berbasis
komunitas, kolaborasi lintas sekolah.
4. Pemanfaatan
Teknologi Digital
- Teknologi tidak sekadar alat bantu, tapi
sebagai media transformasi pembelajaran.
- Meningkatkan akses, personalisasi, dan
fleksibilitas belajar.
- Contoh: platform LMS, pembelajaran berbasis proyek digital, AI dalam asesmen adaptif.
IV. Kesimpulan
Ilmiah
Pendekatan
Pembelajaran Mendalam bukan hanya sekumpulan teknik atau strategi belajar,
melainkan suatu paradigma yang berlandaskan pada kemanusiaan, psikologi
positif, teori belajar konstruktivistik, dan perkembangan neurosains. Dengan
mengedepankan prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, serta
membangun kerangka kerja yang mencakup praktik pedagogis, lingkungan yang
mendukung, kemitraan luas, dan teknologi modern, PM berpotensi membentuk
manusia pembelajar seumur hidup yang reflektif, adaptif, dan transformatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ausubel, D. P. (1968). Educational Psychology: A Cognitive
View. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Menjelaskan konsep
pembelajaran bermakna (meaningful learning) dan struktur kognitif peserta
didik.
Zins, J. E.,
Weissberg, R. P., Wang, M. C., & Walberg, H. J. (2004). Building Academic Success on Social
and Emotional Learning: What Does the Research Say? New York: Teachers
College Press.
Mendukung pentingnya
pembelajaran berkesadaran dan suasana emosional yang aman.
Langer, E. J. (1989). Mindfulness. Reading, MA:
Addison-Wesley.
Menjelaskan pengaruh
mindfulness terhadap peningkatan perhatian, keterlibatan, dan fleksibilitas
kognitif.
Sumber utama dalam
memahami pentingnya kebahagiaan dan keterlibatan (joy) dalam belajar.
Hattie, J. (2009). Visible Learning: A Synthesis of
Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement. London: Routledge.
Memberikan bukti
efektivitas praktik pedagogis berbasis bukti seperti umpan balik, refleksi, dan
pembelajaran kolaboratif.
Menjelaskan kerangka
dan enam kompetensi inti dalam pembelajaran mendalam.
UNESCO. (2015). Rethinking Education: Towards a
Global Common Good? Paris: UNESCO Publishing.
Menekankan perlunya
pembelajaran yang memanusiakan dan menyeluruh dalam kerangka global abad ke-21.
Memperkenalkan prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi dan pentingnya teknologi serta kolaborasi
lintas sektor.
Anderson, L. W.,
& Krathwohl, D. R. (2001).
A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s
Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Menjadi dasar dalam
memahami tahap-tahap belajar seperti memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi.
Salmon, G. (2002). E-tivities: The Key to Active
Online Learning. London: Kogan Page.
Mengulas bagaimana
teknologi digital digunakan secara aktif dalam pembelajaran kontekstual dan
kolaboratif.
mantab
ReplyDelete