PRINSIP PEMBELAJARAN MENDALAM DAN KOMPONEN KERANGKA PEMBELAJARAN - Yusep Kurniawan

Breaking

Tuesday, July 1, 2025

PRINSIP PEMBELAJARAN MENDALAM DAN KOMPONEN KERANGKA PEMBELAJARAN




Prinsip PM terdiri atas berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Prinsip-prinsip PM akan mampu memuliakan guru, siswa, dan pemangku kepentingan pendidikan lain serta memberikan pengalaman belajar memahami, mengaplikasi, dan merefleksi.


Guru memberikan kesempatan peserta didik mendapatkan pengalaman belajar untuk proses perolehan pemahaman, mengaplikasi dalam berbagai konteks, serta merefleksikan PM. Komponen kerangka pembelajaran terdiri atas praktik pedagogis, lingkungan pembelajaran, kemitraan pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi digital.

 

I. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Mendalam


Terdapat tiga prinsip utama yang menjadi landasan pendekatan Pembelajaran Mendalam, yaitu:


1. Berkesadaran (Mindful)

  • Makna ilmiah: Merujuk pada kesadaran penuh atas proses belajar yang sedang terjadi. Dalam konteks psikologi pendidikan, mindfulness membantu siswa dan guru untuk hadir sepenuhnya dalam proses belajar, meningkatkan fokus, mengurangi stres, serta mendorong keterlibatan emosional dan kognitif yang sehat.
  • Implikasi dalam pembelajaran:
    • Guru menciptakan ruang aman emosional dan sosial.
    • Siswa menyadari apa yang mereka pelajari, mengapa penting, dan bagaimana mereka belajar.
    • Memberi ruang bagi refleksi diri dan empati dalam pembelajaran.


2. Bermakna (Meaningful)

  • Makna ilmiah: Pembelajaran bermakna mengacu pada teori David Ausubel tentang meaningful learning, yaitu ketika informasi baru dihubungkan secara substantif dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
  • Implikasi dalam pembelajaran:
    • Materi dikaitkan dengan konteks nyata dan relevan bagi kehidupan siswa.
    • Mendorong pemahaman mendalam, bukan sekadar hafalan.
    • Fokus pada transfer pengetahuan ke situasi baru.


3. Menggembirakan (Joyful)

  • Makna ilmiah: Berdasarkan teori psikologi positif dan neurosains, suasana belajar yang menyenangkan meningkatkan hormon dopamin yang memperkuat motivasi dan daya ingat.
  • Implikasi dalam pembelajaran:
    • Suasana belajar dibangun dengan interaksi positif dan penuh semangat.
    • Aktivitas belajar dikemas secara kreatif dan menyenangkan.
    • Memupuk rasa ingin tahu dan semangat eksplorasi peserta didik.


Ketiga prinsip ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling memperkuat. Bila diterapkan secara sinergis, mereka memuliakan seluruh ekosistem pendidikan (guru, siswa, orang tua, dan pemangku kepentingan lain) dengan menciptakan pembelajaran yang menghargai potensi manusia, bukan sekadar mengejar capaian kognitif.


II. Tujuan Pengalaman Belajar dalam PM


Prinsip-prinsip di atas menjadi dasar bagi guru untuk merancang pengalaman belajar yang meliputi:


1. Memahami (Understanding)

  • Siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi mampu membangun pemahaman konsep-konsep inti secara mendalam.
  • Strategi: inkuiri, diskusi makna, elaborasi antarmateri.


2. Mengaplikasikan (Applying)

  • Siswa diberikan tantangan nyata untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai konteks.
  • Strategi: pembelajaran berbasis masalah (PBL), proyek (PjBL), atau simulasi.


3. Merefleksikan (Reflecting)

  • Siswa diberi ruang untuk berpikir ulang atas pengalaman belajarnya, mengevaluasi proses dan hasil belajar, serta menumbuhkan kesadaran diri (self-awareness).
  • Strategi: jurnal refleksi, diskusi reflektif, dan asesmen formatif.


III. Komponen Kerangka Pembelajaran Mendalam


Pendekatan Pembelajaran Mendalam ditopang oleh empat komponen utama berikut:


1. Praktik Pedagogis

  • Merujuk pada pendekatan, strategi, dan metode mengajar yang berpusat pada peserta didik.
  • Ciri: dialogis, inkuiri, kolaboratif, diferensiatif, dan transformatif.
  • Berlandaskan prinsip pedagogi kritis dan konstruktivisme sosial.


2. Lingkungan Pembelajaran

  • Mencakup suasana fisik, emosional, dan sosial di dalam kelas.
  • Harus aman, terbuka, mendukung interaksi positif, dan inklusif.
  • Didesain untuk mendukung eksplorasi, ekspresi ide, dan keberagaman gaya belajar.


3. Kemitraan Pembelajaran

  • Melibatkan kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, komunitas, dan dunia usaha.
  • Tujuan: memperluas konteks belajar ke luar ruang kelas, memperkuat relevansi dan keterlibatan.
  • Bentuk: magang, pembelajaran berbasis komunitas, kolaborasi lintas sekolah.


4. Pemanfaatan Teknologi Digital

  • Teknologi tidak sekadar alat bantu, tapi sebagai media transformasi pembelajaran.
  • Meningkatkan akses, personalisasi, dan fleksibilitas belajar.
  • Contoh: platform LMS, pembelajaran berbasis proyek digital, AI dalam asesmen adaptif.


IV. Kesimpulan Ilmiah


Pendekatan Pembelajaran Mendalam bukan hanya sekumpulan teknik atau strategi belajar, melainkan suatu paradigma yang berlandaskan pada kemanusiaan, psikologi positif, teori belajar konstruktivistik, dan perkembangan neurosains. Dengan mengedepankan prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, serta membangun kerangka kerja yang mencakup praktik pedagogis, lingkungan yang mendukung, kemitraan luas, dan teknologi modern, PM berpotensi membentuk manusia pembelajar seumur hidup yang reflektif, adaptif, dan transformatif.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ausubel, D. P. (1968). Educational Psychology: A Cognitive View. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Menjelaskan konsep pembelajaran bermakna (meaningful learning) dan struktur kognitif peserta didik.

 

Zins, J. E., Weissberg, R. P., Wang, M. C., & Walberg, H. J. (2004). Building Academic Success on Social and Emotional Learning: What Does the Research Say? New York: Teachers College Press.

Mendukung pentingnya pembelajaran berkesadaran dan suasana emosional yang aman.

 

Langer, E. J. (1989). Mindfulness. Reading, MA: Addison-Wesley.

Menjelaskan pengaruh mindfulness terhadap peningkatan perhatian, keterlibatan, dan fleksibilitas kognitif.


Csikszentmihalyi, M. (1990). Flow: The Psychology of Optimal Experience. New York: Harper & Row.

Sumber utama dalam memahami pentingnya kebahagiaan dan keterlibatan (joy) dalam belajar.

 

Hattie, J. (2009). Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement. London: Routledge.

Memberikan bukti efektivitas praktik pedagogis berbasis bukti seperti umpan balik, refleksi, dan pembelajaran kolaboratif.


Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2018). Deep Learning: Engage the World Change the World. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

Menjelaskan kerangka dan enam kompetensi inti dalam pembelajaran mendalam.

 

UNESCO. (2015). Rethinking Education: Towards a Global Common Good? Paris: UNESCO Publishing.

Menekankan perlunya pembelajaran yang memanusiakan dan menyeluruh dalam kerangka global abad ke-21.


OECD. (2018). The Future of Education and Skills: Education 2030 Framework. Paris: OECD Publishing.

Memperkenalkan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi dan pentingnya teknologi serta kolaborasi lintas sektor.

 

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.

Menjadi dasar dalam memahami tahap-tahap belajar seperti memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi.

 

Salmon, G. (2002). E-tivities: The Key to Active Online Learning. London: Kogan Page.

Mengulas bagaimana teknologi digital digunakan secara aktif dalam pembelajaran kontekstual dan kolaboratif.


1 comment: